Musikalisasi Puisi

Karangan ini aku buat saat mendapat tugas b.indonesia kelas 9 semester 1 untuk nilai praktek. Ya, karna aku maunya yang anti mainstream, dan udah ada niat mau ngarang  sendiri kalau ada tugas yang kayak gini lagi (kelas 8 aku juga mendapat tugas yang sama tapi ga ada original karya aku), jadilah musikalisasi buatan ku!! Hehe..
Seperti biasa, kalau mau copy paste, bisa email aku aja di jinandiva0807@gmail.com



Disini bakal aku jelaskan gimana aku menampilkannya di depan kelas. O ya, aku juga kemarin pake musik pengiringnya gitar. Jadi, bonus chordnya!^^ xoxo

Untuk lagu dasar, aku ambil nada dari lagunya Tulus-Sepatu. Buat yang ga tau, dengerin dulu deh biar ngerti untuk baca penjelasan aku selanjutnya..hehe.. lagunya tulus itu, aku ganti liriknya dengan puisi karangan aku sendiri. Buat puisi segitu aja seharian loh. Soalnya pake ritual gitu. Setiap 10 menit mikir, nyari cemilan.. (nulis sekarang aja pake cemilan nih :v)

“JADI KAPAN JELASINNYA DIVA???”
Kebanyakan curcol nih aku.. wkwk
((berusaha untuk ga OOT)) =_=

Karena aku memakai beberapa lagu, jadi aku jelasinnya per bagian ya...

Oke, bagian pertama, dengan iringan melodi gitar yang dipetik satu-satu (apa sih namanya it..lupa aku -,-), ada satu orang yang membacakan puisi. Buat kalian yang ga ngerti gimana petikan gitar yg aku maksud itu, coba deh, dengerin intro lagu Semua Tentang Kita-Peterpan. Ya, mirip itu petikannya.
Kemudian di bagian kedua, mulai masuk lagu Sepatu-Tulus itu. Tapi tentu saja dengan lirik hasil karangan aku sendiri ;) semua orang menyanyi termasuk gitaris (kelompokku beranggotakan 6 orang).
Dengan petikan gitar yang masih nyambung tanpa berhenti, mulai masuk chord lagu Tanah Airku. Ada satu orang yang membacakan puisi (bagian ketiga). Orang yang di belakang (tidak membaca puisi), menyanyikan lagu Tanah Airku tapi sebagai backsound. Jadi kayak musik pengiring untuk puisi dan hanya dinyanyikan dengan suara pelan. Saat puisi telah selesai dibacakan, yang menyanyi suaranya kembali menjadi normal. Dan lagu Tanah Airku itu dinyanyikan sampai habis.

N.B: puisi yang aku pakai, sebenarnya satu puisi, tapi aku bagi dua puisinya. Jadi untuk bagian pertama, dan bagian ketiga. Yang aku beri warna merah, itu untuk bagian pertama. Kalau warna pink, untuk bagian ketiga. Tapi kalau kalian mau mengubahnya pun, gapapa juga :)

FYI: saat karya ini dibuat, tempatku (Riau) sedang terkena kabut asap yang menyebabkan beberapa hari sekolah di Riau di liburkan. jadi, aku terinspirasi dari peristiwa itu (Bengkalis, 29 Oktober 2015) 



Maafkan jika puisi karanganku agak ngga nyambung, soalnya masih newbie dan menyesuaikan sama nada lagu :v

Kabut Asap
Karya Jinan Diva Calista

Saat bumi beratap awan hitam
Menemani hari-hariku diluar
Embun dan angin tak terlihat lagi
Kicauan burung pun tak terdengar lagi
Panas mennyelimuti bumi yang indah

Siapakah yang harus bertanggung jawab?
Pemerintah yang sibuk dengan urusannya
Atau rakyat yang tak peduli lingkungan

Pohon-pohon pun semakin menunduk layu
Mengucap-ucap luka yang dirasakan

Kita ingin udara bersih
Tapi tak bisa apa-apa

Terasa pedih saat mata memandang
Terasa sesak bila beraktifitas
Didekatmu baggai panas mentari
Namun sinar mentari pun tak menghampiriku

Manusia memang banyak macamnya
Tapi tk semua bisa peduli




Doa Untuk Negeri Asap
Karya Jimmy S. Mudya

Malam kini telah berubah
Wajah murung bumi terpampang di sana-sini
Nafasku terasa sesak
Mataku memerih kecut
Tanda-tanda ketidakwarasan bumi menjalar ke arah nalarku

Airmata bumi telah tercurah
Tangisan-tangisan alam mencekam wajah indah kemarin
Dedaunan kering
Ranting-ranting mungil
Pohon-pohon kecil
Semut-semut merah
Cacing-cacing
Semua terpanggang hingga manusia merasakan airmata mereka

Orang-orang kecil mencoreng bumi dengan api
Membakar bumi hingga menghitam pekat dan subur
Bergotong royong!
Membuka lahan penyaikit yang terpaksa harus
Itulah malam ini
Kabut tebal
Sesak nafas
Jantung berdebar-debar ketakutan
Penyakit-penyakit menjalar ke tubuh ini
Lalu siapa yang kau salahkan Tuhan?


Aku tak pernah mengerti jalan pikiran mereka yang duduk berdasi
Tiap hari berdebat-debat
Tiap hari berjabat tangan
Tiap hari berpidato-pidato dengan batik emas
Argumentasi kemiskinan diganti menjadi ajang pahlawan bertopeng maksud

Semakin larut, semakin tak ku lihat indahnya bulan

Semakin larut, semakin tak ku lihat taburan bintang
Semakin larut, semakin ku dengar rintihan kaum tertindas
Semakin larut, semakin berkabut dan terus berkabut
Seperti orang-orang di negaraku yang maksudnya juga berkabut-kabut


*ALERT* puisi kedua aku ambil dari internet tapi aku lupa link nya. Kalau misalnya ada yang ketemu link asalnya, bisa tulis di komen aja. Jadi puisi yang kedua itu aku ga ada maksud buruk asal nyomot dari blog lain. tq :v



1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...