lagi-lagi, tugas sekolah kembali aku upload ke blog.. hufft, emang kekurangan bahan :v FYI, Aku baru kelas 9 saat membuat makalah ini, jadi tolong maklumi jika masih banyak kekurangan. di upload ke blogpun hanya iseng-iseng aja berbagi.. ^^
BAB
6 . BIOTEKNOLOGI
A. Pengertian
Bioteknologi
berasal dari dua kata, yaitu ‘bio’ yang berarti makhluk hidup dan ‘teknologi’
yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata
tersebut European Federation of Biotechnology (1989) mendefinisikan
bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa
yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari
organisme hidup, dan atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa.
Bioteknologi
dapat diartikan sebagai penerapan teknik-teknik yang sesuai untuk
mendayagunakan organisme (sel, jaringan makhluk hidup) dalam rangka memperoleh
hasil yang diinginkan. Bioteknologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari
tentang pemanfaatan makhluk hidup (bakteri jamur, virus, dan lain-lain) maupun
produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi makanan,
barang, dan jasa.
B. Jenis-Jenis Bioteknologi
Bioteknologi dibagi menjadi dua,
yaitu:
1.
Bioteknologi
Konvensional (tradisional)
Bioteknologi Konvensional adalah
praktik bioteknologi yang dilakukan dengan cara dan peralatan yang sederhana
berdasarkan pengalaman yang diwariskan turun-temurun, tanpa adanya rekayasa
genetika. Contoh produk makanan yang dibuat dengan metode bioteknologi
konvensial adalah tempe, oncom, bir, keju, kecap, roti, dan lain-lain.
Gambar 6.1.
Tempe, salah satu makanan yang dibuat dengan metode konvensial
Meskipun demikian, pada saat sekarang
beberapa produk itu juga sudah banyak diproduksi dengan bioteknologi modern
untuk hasil yang lebih banyak dan seragam.
2. Bioteknologi Modern
bioteknologi modern merupakan
bioteknologi yang didasarkan pada manipulasi atau rekayasa DNA. Contohnya:
a. Teknik kultur
jaringan
Teknik kultur jaringan adalah cara
perbanyakan tanaman menggunakan organ atau jaringan tumbuhan sehingga
menghasilkan banyak tumbuhan baru yang identik secara genetis dalam waktu yang singkat.
Gambar 6.2.
Proses melakukan teknik kultur jarinan
b. Rekayasa
genetika
Rekayasa genetika (rekombinasi DNA)
adalah penyisipan gen tertentu dari organisme lain, untuk mendapatkan organisme
dengan sifat baru. Organisme yang mendapat sisipan gen disebut organisme
transgenik. Contoh produksi menggunakan cara rekayasa genetika adalah pembuatan
insulin yang dilakukan dengan menyambungkan gen insulin manusia dan
disambungkan ke dalam plasmid (DNA) bakteri. Hasil penggabungan kemudian
dimasukkan ke sel bakteri. Bakteri hasil rekayasa genetika ini akan dapat
menghasilkan insulin manusia.
Gambar 6.3. Proses melakukan teknik rekayasa genetika
c. Fusi sel
Fusi sel (penggabungan sel) adalah
teknik penggabungan 2 sel dari organisme berbeda ataupun sama sehingga
menghasilkan sel tunggal berupa sel hybrid (hibridoma) yang memiliki kombinasi
sifat dari kedua sel tersebut. Contoh pemanfaatan teknik fusi sel untuk
pembuatan produk penting, misalnya antibodi monoclonal, pembentukan spesies
baru, dan pemetaan kromosom.
d. Kloning
Kloning adalah pembentukan sel,
jaringan atau individu identik yang berasal dari satu sel tunggal yang
mengalami pembelahan aseksual berulang-ulang.
Gambar
6.4. Proses kloning pada seekor domba
e.
Fertilisasi in vitro
Fertilisasi in
vitro adalah proses mempertemukan sel sperma dan sel telur dalam tabung (program
bayi tabung). Setelah zigot berkembang, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim
ibu.
Gambar 6.5.
Contoh fertilisasi in vitro pada sapi
Perbedaan
bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern
Bioteknologi konvensional
|
Bioteknologi modern
|
1. Memanfaatkan prinsip fermentasi
2. Teknologinya sederhana
3.
Peralatan yang digunakan murah dan mudah (banyak dijumpai)
4.
Dapat dilakukan masyarakat umum
5.
Produk yang dihasilkan banyak dan dikenal secara umum
|
1.
Menggunakan rekayasa genetika (penyisipan DNA)
2.
Teknologinya rumit dan canggih
3.
Peralatan yang digunakan mahal dan terbatas
4.
Dilakukan oleh para ilmuwan
5.
Produk yang dihasilkan terbatas dan belum digunakan secara luas
|
C. Pemanfaatan bioteknologi dalam
kehidupan sehari-hari
1.
Bioteknologi
di bidang pangan
Bioteknologi
dalam produksi bahan pangan menggunakan
mikroorganisme untuk mengubahbahan pangan menjadi bentuk lain melalui proses
fermentasi.Fermentasi adalan proses merombak suatu senyawa organik menjadi zat
organik yang lebih sederhana dengan bantuan mikroorganisme.Fermentasi bahan
makanan dilakukan untuk meningkatkan nilai bahan makanan menjadi produk yang
diinginkan.Selain itu mikroorganisme juga berperan dalam penciptaan makanan
baru dari biomassa sel yang disebut protein sel tunggal.
Contoh
makanan dan minuman yang dibuat dengan bakteri dan jamur
No.
|
Jenis Makanan/Minuman
|
Bahan Baku
|
Mikroorganisme
|
1
|
Tempe
|
Kedelai
|
Rhizopus
oryzae
|
2
|
Oncom
|
Ampas
pengolahan minyak
|
Neurospora
sitophila
|
3
|
Tapai
|
Singkong,
Ketan
|
Ragi
yang mengandung Saaccharomyces sp.,
Rhizopus sp., Aspergillus sp., dan bakteri asam laktat
|
4
|
Nata
de coco
|
Air
kelapa
|
Acetobacter
xylinum
|
5
|
Kecap
|
Kedelai
|
Aspergillus
wentii
|
6
|
Roti
|
Gandum
|
Yeast atau khamir Saccharomyces)
|
7
|
Keju
|
Susu
|
Streptococcus
dan
Lactobacillus
|
8
|
Mentega
|
Lemak
|
Streptococcus
diacetilactis
|
9
|
Yoghurt
|
Susu
|
Lactobacillus
bulgaricus dan
Stretococcus thermophilus
|
10
|
Anggur
|
Sari
buah
|
Saccharomyces
cerevisiae
|
11
|
Bir
|
Bahan
yang mengandung pati
|
Saccharomyces
sp.
|
2. Bioteknologi di bidang pertanian
Gambar 6.6. Salah satu contoh bioteknologi
di bidang pertanian
Bioteknologi
dalam bidang pertanian, dapat dilakukan dengan cara persilangan tanaman,
hidroponik (budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah, tetapi menggunakan
air sebagai media utama), aeroponik (budidaya tanaman dengan menyemburkan air
yang mengandung larutan hara tinggi ke akar tanaman yang menggantung).
Dalam
bidang pertanian telah dapat dibentuk tanaman
dengan memanfaatkan mikroorganisme dalam fiksasi nitogen yang dapat membuat
pupuknya sendiri sehingga dapat menguntungkan pada petani. Demikian pula
terciptanya tanaman yang tahan terhadap tanah gersang. Mikroba yang di rekayasa
secara genetik dapat meningkatkan hasil panen pertanian, demikian juga dalam
cara lain, seperti meningkatkan kapasitas mengikat nitrogen dari bacteri
Rhizobium. Keturunan bacteri yang telah disempurnakan atau diperbaiki dapat
meningkatkan hasil panen kacang kedelai sampai 50%. Rekayasa genetik lain
sedang mencoba mengembangkan turunan dari bacteri Azotobacter yang melekat pada
akar tumbuh bukan tumbuhan kacang-kacangan (seperti jagung) dan
mengembangbiakan, membebaskan tumbuhan jagung dari ketergantungan pada
kebutuhan pupuk amonia (pupuk buatan).
Hama
tanaman merupakan salah satu kendala besar dalam budidaya tanaman pertanian.
Untuk mengatasinya, selama ini digunakan pestisida. Namun ternyata pestisida
banyak menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain matinya organigme
nontarget, keracunan bagi hewan dan manusia, serta pencemaran lingkungan. Oleh
karena itu, perlu dicari terobosan untuk mengatasi masalah, tersebut dengan
cara yang lebih aman. Kita mengetahui bahwa mikroorganisme yang terdapat di
alam sangat banyak, dan setiap jenis mikroorganisme tersebut memiliki sifat
yang berbeda-beda. Dari sekian banyak jenis mikroorganisme, ada suatu kelompok
yang bersifat patogenik (dapat menyebabkan penyakit) pada hama tertentu, namun
tidak menimbulkan penyakit bagi makhluk hidup lain. Contoh mikroorganisme
tersebut adalah bakteri Bacillus thuringiensis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Bacillus thuringiensis mampu menghasilkan suatu protein yang bersifat
toksik bagi serangga, terutama seranggga dari ordo Lepidoptera. Protein ini
bersifat mudah larut dan aktif menjadi menjadi toksik, terutama setelah masuk
ke dalam saluran pencemaan serangga. Bacillus thuringiensis mudah
dikembangbiakkan, dan dapat dimafaatkan sebagai biopestisida pembasmi hama
tanaman. Pemakaian biopestisida ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif
yang timbul dari pemakaian pestisida kimia.
Dengan
berkembangnya bioteknologi, sekarang dapat diperoleh cara yang lebih efektif
lagi untuk membasmi hama. Pada saat ini sudah dikembangkan tanaman transgenik
yang resisten terhadap hama. Tanaman transgenik diperoleh dengan cara rekayasa
genetika. Gen yang mengkode pembentukan protein toksin yang dimiliki oleh B.
thuringiensis dapat diperbanyak dan disisipkan ke dalam sel beberapa tanaman
budidaya. Dengan cara ini, diharapkan tanaman tersebut mampu menghasilkan
protein yang bersifat toksis terhadap serangga sehingga pestisida tidak
diperlukan lagi.
3. Bioteknologi di bidang
peternakan
Bioteknologi
di bidang pertanian dapat dilakukan melalui persilangan dan inseminasi buatan
(menyuntikkan sperma hewan jantan ke rahim hewan betina). Selain itu, penerapan
bioteknologi di bidang peternakan contohnya adalah hewan transgenik dan hormon
bovin somatotropin.
a. Hewan
transgenik
Hewan yang
diberi perlakuan rekayasa genetika disebut hewan transgenik. Pada hewan-hewan
tersebut disisipkan gen-gen tertentu yang dibutuhakan manusia. Sebagi contohnya
adalah domba transgenik. DNA domba tersebut telah disisipi dengan gen manusia
yang disubut dengan faktor VII ( merupakan protein pembeku darah). Dengan
adanya penyisipan tersebut domba mneghasilkan susu yang mengandung faktor VIII
yang dapat dimurnikan untuk menolong penderita hemofilia.
Rekayasa
genitika pada hewan juga dapat membantu melestarikan spsies langka. Sebagai
contoh sel telur zebra yang sudah dibuahi lalu ditanam pada kuda spesies lain.
Spesies lain yang dipinjam rahimnya disebut surrogate. Anak zebra akan lahir
dari kuda surrogate. Hal yang sama sudah diterapkan pada keledai yang hampir
punah di Australia.
b. Hormon
bovin somatotropin (hotmon BST)
Dengan
rekayasa genetika juga dapat diproduksi hormon pertumbuhan hewan, yaitu hormon
BST (Bovine Somatotrophin)
4. Bioteknologi di bidang
kesehatan
Gambar 6.7.
Penelitian Laboraturium dalam pembuatan antibiotik
Bioteknologi
juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan medis. Misalnya dalam pembuatan
antibodi monoklonal, pembuatan vaksin, terapi gen dan pembuatan antibiotik.
Proses penambahan DNA asing pada bakteri merupaka prospek untuk memproduksi
hormon atau obat-obatan di dunia kedokteran. Contohnya pada produksi hormon
insulin, hormon pertumbuhan dan zat antivirus yang disebut interferon. Orang
yang menderita diabetes melitus membutuhkan suplai insulin dari luar tubuh.
Dengan menggunakan teknik DNA rekombinan, insulin dapat dipanen dari bakteri.
Beberapa penyakit menurun atau kelainan genetik dapat disembuhkan dengan cara
menyisipkan gen yang kurang pada penderita, cara ini dikenal dengan istilah
terapi gen.
5. Bioteknologi di bidang
lingkungan
Pencemaran
lingkungan merupakan salah satu isu global yang marak dibicarakan saat ini.
Tingginya tingkat pencemaran akan berdampak serius terhadap kelangsungan hidup
umat manusia.
Di
bidang lingkungan, bioteknologi berperan dalam:
a. Menghasilkan
energi berupa bahan bakar yang ramah lingkungan, misalnya etanol dan biogas
(gas metana)
Gambar 6.8.
Peranan bioteknologi di bidang lingkungan. salah satu bahan bakar yang
dihasilkan, Etanol
b. Pengolahan
berbagai macam limbah, misalnya limbah industri, limbah plastik, dan pencemaran
air yang disebabkan oleh minyak melalui bioremediasi.
6. Bioteknologi di bidang hukum
Dengan
teknologi DNA, menawarkan aplikasi bagi kepentingan forensik. Pada kriminalitas
dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dalam jumlah kecil dapat tertinggal
di tempat kejadian perkara. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil
dapat ditemukan dalam tubuh korban. Melalui pengujian sidik jari DNA (DNA
finngerprint), dapat diidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian yang tinggi
karena urutan DNA setiap orang itu unik (kecuali untuk kembar identik). Sampel
darah atau jaringan lain yang dibutuhkan dalam tes DNA sangat sedikit
(kira-kira 1000 sel).
Gambar 6.9. DNA memiliki banyak
manfaat dalam bidang hukum
DNA fingerprint merupakan satu langkah lebih maju
dalam proses pengungkapan kejahatan di Indonesia. Keakuaratan hasil yang hampir
mencapai 100% menjadikan metode DNA fingerprint selangkah lebih maju
dibandingkan dengan proses biometri yang telah lama digunakan kepolisian untuk
identifikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar