Karangan
ini aku buat saat mendapat tugas b.indonesia kelas 9 semester 1 untuk nilai
praktek. Ya, karna aku maunya yang anti mainstream, dan udah ada niat mau
ngarang sendiri kalau ada tugas yang
kayak gini lagi (kelas 8 aku juga mendapat tugas yang sama tapi ga ada original
karya aku), jadilah musikalisasi buatan ku!! Hehe..
Disini
bakal aku jelaskan gimana aku menampilkannya di depan kelas. O ya, aku juga
kemarin pake musik pengiringnya gitar. Jadi, bonus chordnya!^^ xoxo
Untuk
lagu dasar, aku ambil nada dari lagunya Tulus-Sepatu.
Buat yang ga tau, dengerin dulu deh biar ngerti untuk baca penjelasan aku
selanjutnya..hehe.. lagunya tulus itu, aku ganti liriknya dengan puisi karangan
aku sendiri. Buat puisi segitu aja seharian loh. Soalnya pake ritual gitu.
Setiap 10 menit mikir, nyari cemilan.. (nulis sekarang aja pake cemilan nih :v)
“JADI KAPAN
JELASINNYA YAA???”
Kebanyakan
curcol nih aku.. wkwk
((berusaha
untuk ga OOT)) =_=
Karena
aku memakai beberapa lagu, jadi aku jelasinnya per bagian ya...
Oke,
bagian pertama, dengan iringan melodi gitar yang dipetik satu-satu (apa sih
namanya it..lupa aku -,-), ada satu orang yang membacakan puisi. Buat kalian
yang ga ngerti gimana petikan gitar yg aku maksud itu, coba deh, dengerin intro
lagu Semua Tentang Kita-Peterpan. Ya,
mirip itu petikannya.
Kemudian
di bagian kedua, mulai masuk lagu Sepatu-Tulus
itu. Tapi tentu saja dengan lirik hasil karangan aku sendiri ;) semua orang
menyanyi termasuk gitaris (kelompokku beranggotakan 6 orang).
Dengan
petikan gitar yang masih nyambung tanpa berhenti, mulai masuk chord lagu Tanah Airku. Ada satu orang yang
membacakan puisi (bagian ketiga). Orang yang di belakang (tidak membaca puisi), menyanyikan
lagu Tanah Airku tapi sebagai backsound.
Jadi kayak musik pengiring untuk puisi dan hanya dinyanyikan dengan suara
pelan. Saat puisi telah selesai dibacakan, yang menyanyi suaranya kembali
menjadi normal. Dan lagu Tanah Airku itu dinyanyikan sampai habis.
N.B:
puisi yang aku pakai, sebenarnya satu puisi, tapi aku bagi dua puisinya. Jadi
untuk bagian pertama, dan bagian ketiga. Yang aku beri warna merah, itu untuk
bagian pertama. Kalau warna pink, untuk bagian ketiga. Tapi kalau kalian mau
mengubahnya pun, gapapa juga :)
FYI: saat karya ini dibuat, tempatku (Riau) sedang terkena kabut asap yang menyebabkan beberapa hari sekolah di Riau di liburkan. jadi, aku terinspirasi dari peristiwa itu (29 Oktober 2015)
Maafkan
jika puisi karanganku agak ngga nyambung, soalnya masih newbie dan menyesuaikan sama nada lagu :v
Kabut Asap
Karya div
Saat bumi beratap awan hitam
Menemani hari-hariku diluar
Embun dan angin tak terlihat lagi
Kicauan burung pun tak terdengar lagi
Panas mennyelimuti bumi yang indah
Siapakah yang harus bertanggung jawab?
Pemerintah yang sibuk dengan urusannya
Atau rakyat yang tak peduli lingkungan
Pohon-pohon pun semakin menunduk layu
Mengucap-ucap luka yang dirasakan
Kita ingin udara bersih
Tapi tak bisa apa-apa
Terasa pedih saat mata memandang
Terasa sesak bila beraktifitas
Didekatmu baggai panas mentari
Namun sinar mentari pun tak menghampiriku
Manusia memang banyak macamnya
Tapi tk semua bisa peduli
Doa Untuk Negeri Asap
Karya Jimmy S. Mudya
Malam kini telah berubah
Wajah murung bumi terpampang di sana-sini
Nafasku terasa sesak
Mataku memerih kecut
Tanda-tanda ketidakwarasan bumi menjalar
ke arah nalarku
Airmata bumi telah tercurah
Tangisan-tangisan alam mencekam wajah
indah kemarin
Dedaunan kering
Ranting-ranting mungil
Pohon-pohon kecil
Semut-semut merah
Cacing-cacing
Semua terpanggang hingga manusia merasakan
airmata mereka
Orang-orang kecil mencoreng bumi dengan
api
Membakar bumi hingga menghitam pekat dan
subur
Bergotong royong!
Membuka lahan penyaikit yang terpaksa
harus
Itulah malam ini
Kabut tebal
Sesak nafas
Jantung berdebar-debar ketakutan
Penyakit-penyakit menjalar ke tubuh ini
Lalu siapa yang kau salahkan Tuhan?
Aku tak pernah mengerti jalan pikiran
mereka yang duduk berdasi
Tiap hari berdebat-debat
Tiap hari berjabat tangan
Tiap hari berpidato-pidato dengan batik
emas
Argumentasi kemiskinan diganti menjadi
ajang pahlawan bertopeng maksud
Semakin larut, semakin tak ku lihat indahnya bulan
Semakin larut, semakin tak ku lihat taburan bintang
Semakin larut, semakin ku dengar rintihan kaum tertindas
Semakin larut, semakin berkabut dan terus berkabut
Seperti orang-orang di negaraku yang maksudnya juga berkabut-kabut
Semakin larut, semakin tak ku lihat indahnya bulan
Semakin larut, semakin tak ku lihat taburan bintang
Semakin larut, semakin ku dengar rintihan kaum tertindas
Semakin larut, semakin berkabut dan terus berkabut
Seperti orang-orang di negaraku yang maksudnya juga berkabut-kabut
*ALERT* puisi kedua aku ambil dari internet tapi aku lupa link nya. Kalau misalnya ada yang ketemu link asalnya, bisa tulis di komen aja. Jadi puisi yang kedua itu aku ga ada maksud buruk asal nyomot dari blog lain. tq :v
luar biasa
BalasHapus